بسم الله الرحمن الرحيم
Pertanyaan:
Kami sudah membaca tulisan utadz yang berjudul “Irsyadul Insan fii
Ma’rifati Huquqis Sulthon“, diantara hak pemerintah adalah diberi
nasehat, kalau ustadz mempunyai waktu bisa tidak memberi nasehat terbuka
untuk seluruh pemerintah kita di Tanah Air!.
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory ~Hafidzohulloh~ menjawab:
بِسمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحيمِ
بِسمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ، أَحْمَدُهُ، وَأَسْتَعِينُهُ، وَأَسْتَغْفِرُهُ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد:
Al-Imam Al-Bukhory semoga Alloh merahmatinya berkata: Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
إِذَا اسْتَنْصَحَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ، فَلْيَنْصَحْ لَهُ
“Jika salah seorang diantara kalian dimintai nasehat oleh saudaranya maka hendaknya dia memberinya nasehat“.
Al-Imam Al-Bukhory semoga Alloh merahmatinya berkata: Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
إِذَا اسْتَنْصَحَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ، فَلْيَنْصَحْ لَهُ
“Jika salah seorang diantara kalian dimintai nasehat oleh saudaranya maka hendaknya dia memberinya nasehat“.
Hadits ini adalah shohih, walaupun Al-Imam Al-Bukhory tidak
menyebutkan sanad (jalur periwayatan)nya namun beliau menyebutkan dengan
bentuk pemastian “telah berkata”, dan hadits ini telah diriwayatkan
oleh Al-Imam Ahmad dengan menyebutkan sanadnya yaitu diriwayatkan dari
hadits ‘Atho Ibnis Saib, dari Hakim bin Abi Yazid, dari bapaknya, beliau
berkata: Telah menceritakan kepadaku bapakku: Rosululloh (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
فَإِذَا اسْتَنْصَحَ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فَلْيَنْصَحْ لَهُ
“Jika seseorang meminta nasehat kepada seseorang (yang lain) maka hendaknya dia memberinya nasehat”. Dan diriwayatkan pula oleh Al-Baihaqy dari hadits Jabir sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al-Imam Ibnu Hajar di dalam “Fathul Bariy“.
فَإِذَا اسْتَنْصَحَ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فَلْيَنْصَحْ لَهُ
“Jika seseorang meminta nasehat kepada seseorang (yang lain) maka hendaknya dia memberinya nasehat”. Dan diriwayatkan pula oleh Al-Baihaqy dari hadits Jabir sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al-Imam Ibnu Hajar di dalam “Fathul Bariy“.
Beranjak dari hadits tersebut maka kami sampaikan satu hadits yang
diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhory dan Muslim di dalam “Ash-Shohihain”
dari hadits Abdulloh bin Umar semoga Alloh meridhoinya, bahwasanya Nabi
(صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ».
“Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian adalah dimintai pertanggung jawaban dari kepemimpinannya”.
«أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ».
“Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian adalah dimintai pertanggung jawaban dari kepemimpinannya”.
Seseorang yang memegang suatu kepemimpinan atau menjabat sebagai
aparat negara tentu memiliki harapan untuk bisa melangkah ke depan
dengan yang lebih baik, dia berharap untuk bisa membawa bangsa dan
negara ke masa depan yang lebih baik, namun bila seseorang menyalahi
prosedur maka tentu apa yang dia harapkan tidak akan tercapai.
Pada kesempatan ini kami akan mengingatkan mereka yang memiliki
harapan yang demikian bagus itu untuk meninjau kembali kejadian yang
pernah berlalu, di zaman Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) terdapat
dua kerajaan besar yaitu Romawi dan Persia, apa yang menyebabkan dua
negara besar tersebut runtuh?.
Kalaulah mereka mengikuti agama yang dibawa oleh Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) atau minimalnya mereka mendukung dan membantu
dakwahnya maka tentu kerajaan mereka tidak akan runtuh, Hiraqlius
berkata kepada para mentri dan pembesar-pembesar di istana kerajaanya:
يَا مَعْشَرَ الرُّومِ، هَلْ لَكُمْ فِي الفَلاَحِ وَالرُّشْدِ، وَأَنْ يَثْبُتَ مُلْكُكُمْ، فَتُبَايِعُوا هَذَا النَّبِيَّ
“Wahai seluruh penduduk Romawi, adakah pada kalian pada keberuntungan dan petunjuk, dan jika kerajaan kalian ingin kokoh (tetap jaya) maka ikutilah Nabi tersebut”.
يَا مَعْشَرَ الرُّومِ، هَلْ لَكُمْ فِي الفَلاَحِ وَالرُّشْدِ، وَأَنْ يَثْبُتَ مُلْكُكُمْ، فَتُبَايِعُوا هَذَا النَّبِيَّ
“Wahai seluruh penduduk Romawi, adakah pada kalian pada keberuntungan dan petunjuk, dan jika kerajaan kalian ingin kokoh (tetap jaya) maka ikutilah Nabi tersebut”.
Hiraqlius tahu bahwa kejayaan itu hanya bisa diperoleh dengan
mengikuti kebaikan yang dibawa oleh Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) namun karena dia takut bawahannya akan meninggalkannya, maka
dia pun akhirnya tidak beriman kepada Nabi, tidak menerima dakwahnya dan
tidak pula mendukungnya, yang pada akhirnya dia pun lengser dari
jabatannya dan negaranya pun hancur lebur.
Maka kami sampaikan kepada pemerintah Indonesia untuk tidak seperti
pemerintah Romawi dan Persia, akan tetapi jadilah pemerintah yang
memiliki perhatian tinggi terhadap Islam.
Sungguh kami telah menyaksikan banyak rakyat kecil telah mendapatkan
bantuan dari pemerintah berupa pendanaan dan berbagai kebutuhan yang
berkaitan dengan jasmani dan kami sangat berterima kasih atas yang
demikian itu dan kami berdoa agar Alloh memberi hidayah kepada
pemerintah Indonesia dan membantu mereka dalam menjalankan kebaikan,
namun bantuan dalam perkara yang berkaitan dengan rohani masih sangat
minim, sekadar contoh ketika kami sempat ke salah satu kampung dekat
sumber mata air di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur kami mendapati warga
dalam kampung tersebut tidak mengenal agama Islam (padahal mereka
mengaku sebagai pemeluk agama Islam), dan kami mendapati sebuah masjid
kecil tidak ada yang sholat di dalamnya melainkan seorang, yang dia
adalah imam masjid, dia azan lalu iqomah lalu sholat sendirian, ini
masih di ruang lingkup di pulau Jawa yang dikenal banyak pondok
pesantren dan sekolah-sekolah Islamnya lalu bagaimana kiranya dengan di
luar Jawa? Dan kami dapati pula banyak perkampungan di pulau
Seram-Maluku, kaum musliminnya bernasib sama dengan kampung yang kami
sebutkan.
Kami menyingggung permasalahan ini karena negara kita Indonesia telah
harum namanya di mata dunia, terkhusus di dunia Islam bahwa dia adalah
negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, oleh karena itu, maka
kami sampaikan kepada yang masih memiliki rasa peduli terhadap nasib
umat Islam untuk memperbaiki dan menjaga nama baik tersebut, serta
berupaya untuk membenahi segala kecacatan dan kekurangan pada umat,
Alloh (تعالى) berkata:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ} [الرعد: 11]
“Sesungguhnya Alloh tidak akan berubah apa-apa yang ada pada suatu kaum sampai mereka (kaum tersebut) merubah apa-apa yang ada pada diri-diri mereka’. (Ar-Ro’d: 11).
{إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ} [الرعد: 11]
“Sesungguhnya Alloh tidak akan berubah apa-apa yang ada pada suatu kaum sampai mereka (kaum tersebut) merubah apa-apa yang ada pada diri-diri mereka’. (Ar-Ro’d: 11).
Jika kita melihat kembali kepada sejarah nasional Indonesia maka kita
akan mengetahui secara jelas bahwa para pejuang kemerdekaan
mayoritasnya dari tokoh-tokoh Islam, bahkan para TNI di zaman itu
mendominasi dari kalangan pesantren, maka sebagai rasa bentuk
penghargaan atas jasa-jasa tersebut kami sampaikan dengan penuh hormat
kepada pemerintah Indonesia untuk memperhatikan nasib kaum muslimin.
Bukan suatu kerugian kalau pemerintah terkhusus bagi mereka yang
beragama Islam untuk membantu memperhatikan pendidikan Islamnya rakyat
yang ada di pedalaman seperti yang kami sebutkan atau bekerja sama
dengan pemerintah Saudi Arobia dalam menyebarkan buku-buku agama yang
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, bahkan upaya semua itu
terhitung sebagai amal jariyah (yang terus menerus mengalir) bila
dilakukan karena kesadaran dan penuh keikhlasan, Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “
“Jika seseorang mati maka terputuslah semua amalannya melainkan dari tiga (perkara), yaitu: Sedekah jariyah (sedekah yang terus mengalir pahalanya), atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang sholih yang mendoakannya”.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “
“Jika seseorang mati maka terputuslah semua amalannya melainkan dari tiga (perkara), yaitu: Sedekah jariyah (sedekah yang terus mengalir pahalanya), atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang sholih yang mendoakannya”.
Hendaknya bagi mereka yang memiliki kesadaran tentang permasalahan
ini, ketika membantu menyebarkan buku-buku agama atau memulai mendidik
masyarakat Islam maka hendaknya memulai dengan yang paling terprinsip
yang berkaitan dengan aqidah dan keyakinan sehingga dengan itu akan
menghasilkan kebaikan untuk semua, Alloh (تعالى) berkata:
{وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ} [النور: 55]
{وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ} [النور: 55]
Kemudian setelah itu kami nasehatkan pula kepada pemerintah untuk
tidak menjadi seperti seorang zindiq lagi kafir, ketika dia menjadi
pemimpin dia berupaya untuk melegalkan paham nasionalisme agama komunis
di Tanah Air, dia menghinakan Islam, mengatakan Al-Qur’an adalah ada
pornonya, ikut duduk bersama para biarawati dalam menyembah salib, ikut
menyembah thoghut/ratu pantai selatan, menaungi agama baru Al-Bahamiyyah
Al-Babiyyah, menyembah kubur, memberi kebebasan sholat dengan bahasa
daerah masing-masing, dan mencela kaum muslimin Ambon serta
mempersiapkan pasukan berani matinya untuk menumpas kaum muslimin di
Ambon.
Jika seorang pemimpin mengikuti jejak seperti si zindiq yang kafir
tersebut maka tentu tidak akan lama kepemimpinannya akan lenyap dan
sekaligus dia akan binasa, Alloh (تعالى) berkata:
{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [آل عمران: 26].
{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [آل عمران: 26].
Demikian nasehat singkat dari kami, semoga bermanfaat untuk kita
semua, dan semoga Alloh memberi hidayah kepada kita dan pemerintah kita
dan membantu mereka dalam melaksanakan kebaikan.
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Sumber: ashhabulhadits.wordpress.com re-post khusus untuk ISLAMIC ZONE http://thibbalummah.wordpress.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !